MEMAHAMI PENGHARAMAN FACEBOOK
Munculnya fatwa haramnya facebook di Jawa Timur harus disikapi dengan arif. Saat ini bukan zamannya merasa benar sendiri. Banyak komentar di facebook yang kadang mencela berlebihan terhadap fatwa tersebut. Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada yang berkomentar, saya tidak terlalu yakin bahwa mereka yang berkomentar itu telah mengkaji sungguh-sungguh tentang hukum facebook dalam Islam. Lebih banyak yang muncul adalah argumentasi-argumentasi pembelaan yang lebih terasa aura subjektifnya daripada objektif. Barangkali kita –sesama facebooker dan blogger dakwah- perlu sedikit berlapang dada jika memang fatwa tersebut muncul dengan prosedur yang benar, yaitu melihat secara tinjauan dalil syar’I yang dipasangkan dengan realitas yang ada. Kita juga perlu memahami lebih mendalam tentang ‘hakikat’ sebuah fatwa, sehingga tidak terlalu tergesa-gesa untuk memandang sebuah fatwa dengan sebelah mata.Bagi penulis, apa yang tertuang dalam fatwa tersebut sudah selayaknya dipahami dengan melihat dari dua sisi pandang islam.Pertama : Kaidah Ushul Fikh tentang “ Saddu Ad-Daarooi’ “, yaitu dimungkinkannya mengharamkan suatu hal –yang awalnya halal- untuk mencegah terjadinya sebuah kemaksiatan atau kerusakan yg lebih besar. Didalam Al-Quran disebutkan beberapa contoh, diantaranya :“ Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan “ (QS Al-An’am 108) .Ayat di atas melarang kaum muslimin untuk mencela sesembahan selain Allah, bukan karena hal itu adalah terlarang, tapi karena ditakutkan akan berbuah kerusakan yang lebih besar, yaitu mencaci maki Allah SWT dengan yang lebih tidak berdasar lagi.Nah, sebagaimana kita tahu, bahwa proses lahirnya fatwa tersebut juga dari hasil pengamatan pada perilaku santriwati yang terjangkit “facebook addict” sehingga mengubah konsentrasi mereka dari belajar ke pertemanan yang lebih luas tanpa batas. Pihak pengasuh juga ‘mungkin’ melihat beberapa kasus upaya lawan jenis untuk memikat santriwati anak didik mereka. Jadi dari pijakan inilah, mungkin fatwa tersebut disusun. Yaitu tidak lebih dari upaya ‘pencegahan’ atas sebuah akibat yang lebih besar lagi. Barangkali yang dimaksudkan adalah ; menurunnya prestasi santri, plus pergaulan yang tidak terkontrol lagi, sehingga berakhir dengan lunturnya nilai-nilai keislaman.Jika memang upaya ‘sad daro’I, maka kemunculan fatwa tersebut sebenarnya adalah wajar-wajar saja. Yang jelas memang, karakteristik dasar sebuah fatwa adalah ‘anjuran dan panduan’, berbeda dengan qodho’ atau keputusan hukum yang mengikat.Kedua, Metode Amar makruf dan Nahi Munkar yang disesuaikan dengan ruang lingkupnyaDi dalam Islam, kewajiban beramar makruf dan nahi munkar diikat dengan metodologi yang bertahap. Tidak semua orang bisa melakukan dalam setiap keadaan. Tapi hukum amar makruf nahi munkar ini tetap wajib, jika memang dipandang mampu untuk melakukannya dan sesuai dengan ‘ruang lingkup’ pengaruhnya.Kita masih ingat sebuah hadits shahih yang menyatakan :” Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya dengan tangan, jika tidak bisa maka dengan lisan, jika tidak mampu maka dengan hati, maka itu adalah selemah-lemah iman “ (HR Muslim dari Abu Said Al-Khudry)Nah, apa yang diupayakan oleh pihak yang mengeluarkan fatwa tersebut, juga bisa kita pahami sebagai usaha ‘amar makruf nahi munkar’, sesuai dengan ruang lingkup pengaruh mereka. Kita bisa memahami bahwa yang mengeluarkan fatwa adalah pihak-pihak yang memang mempunyai otoritas untuk mengarahkan santri-santrinya dalam bersikap. Karenanya, tidak menjadi masalah jika mereka menerapkan fatwa tersebut dalam lingkup terbatas, tentu saja dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sebagaimana yang kita bahas sebelumnya. Langkah fatwa ini mirip sopir bus yang menuliskan di dalam busnya : Dilarang mengeluarkan anggota badan, atau dilarang merokok “.Jadi langkah fatwa tersebut, tidak lebih dari ‘kesuksesan’ meningkatkan tingkatan amar makruf nahi munkar, dari sekedar ‘mengingkari dalam hati’ menjadi dengan lisan bahkan dengan tangan atau otoritas. Wallahu a’lam
MENJAGA KEHALALAN FACEBOOK
Terakhir, walau bagaimanapun tetap harus diakui bahwa di dalam aktifitas facebook menyimpan banyak celah untuk bermaksiat. Terlepas dari status dasarnya yang halal, mungkin saja disela-sela aktifitas kita dalam mengelola facebook muncul celah-celah kemaksiatan, yang jika tidak dihindari justru akan menjerumuskan kita lebih dalam. Ingat pepatah ulama : “ tidak disebut dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus”. Status dasar facebook memang halal, tapi terkadang itu bisa menipu kita sehingga mengatakan bahwa semua yang difacebook itu baik dan halal. Karenanya, tetap saja kita membutuhkan guidence agar tetap berada pada jalurnya. Agar status kehalalan facebook tidak menjadi luntur karena aktifitas kita. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan diantaranya :
1. Tetapkan visi yang baik dalam memulai membuka sebuah account facebook. Awali dengan niatan-niatan mulia yang tidak menjauhkan kita dari keridhoan Allah SWT. Seperti niat : berdakwah, meningkatkan ukhuwah, menambah teman dan jaringan, menambah info dan pengetahuan, menambah semangat dll.
2. Pastikan seluruh yang kita tulis, baik dari profil kita maupun status, note dan comment tidak jauh melenceng dari visi awal yang kita torehkan.
3. Tidak ada kata toleransi untuk kedustaan. Misalnya dusta dalam profil, atau menceritakan sesuatu yang tidak dialami dalam status.
4. Tidak mengikuti kuis, event, atau grup yang benar-benar tidak berguna dan hanya menghabiskan waktu saja.
5. Menjaga adab pergaulan antar sesama lawan jenis. Jika memang diperlukan untuk berkomunikasi, cukup melalui wall post saja yang bersifat terbuka. Penggunaan message dan chat yang sifatnya pribadi untuk komunikasi antar lawan jenis sangat tidak dianjurkan bagi mereka yang tidak jelas visi nya dalam ber-facebook.
6. Tidak terlalu berlebihan dalam ‘bersilaturahmi’ ke wall teman, message apalagi chat. Karena dalam islam pun silaturahmi ada adabnya juga. Sebuah hadits menyatakan : Berkunjunglah jarang-jarang, maka akan bertambah kecintaan (HR Hakim, Thobroni) . Semua ini dilakukan untuk menjaga agar tidak saling mengganggu privaci seseorang.
7. Tidak terlalu bersu’udzhon dengan message, wall atau chat yang tidak terbalas. Karena Islam juga menghargai kebebasan dan privasi seseorang, karena bisa jadi memang ada kesibukan yang tidak tergantikan. Masih ingat sebuah hadits yang menyatakan, jika mengetuk pintu/salam tiga kali dan tidak ada yang membukakan, maka sang tamu dianjurkan untuk pulang.
8. Jika memang meniatkan untuk berdakwah dalam facebook, maka hendaklah bisa istiqomah dan menyemangati yang lain untuk juga berdakwah.
9. Tidak terpaku dan terhenti pada iklan-iklan facebook yang mengumbar aurat dan kemaksiatan.
10. Penggunaan facebook hendaknya diefektifkan untuk selaras dengan visi awal. Tidak selayaknya berlebihan bahkan jika itu melalaikan dari ibadah dan menurunkan prestasi kerja, maka dengan sendirinya facebook menjadi musuh berbahaya yang mengancam masa depan anda dunia akhirat.
Wallahu a’lam bisshowab.
So,,,bgmana sikap qta sbaiknya coba baca yg ini
makasih yah buat informasinya..
BalasHapussalam kenal ^^
Hmmm...menarik untuk disimak, mari tingkatkan silaturahim dengan sewajarnya...
BalasHapuswah info menarik neh....
BalasHapusmenurut saya juga begitu, selama kita tidak melakukan hal2 yg nerugikan di FB, sah2 saja. jd halal haram nya FB itu tergantung dari tujuan kita menggunakan FB
BalasHapussyukron ya Put3 Cantik
mantap.. menurut saya semua dari kita peribadi. ya gak?
BalasHapushttp://awalsholeh.blogspot.com/2009/05/berbagi-award-untuk-sahabat.html
yg salah itu bila medianya di salah gunakan
BalasHapusjadi sms haram kalo digunakan untuk ikut togel elektronik.... sama juga fb kalo untuk nyebarin foto porno...ya haram
Wah .... wah ....
BalasHapusSaya baru tau , Kalu FB Di Haramkan .....
Dengan Adanya Postingan ini , Saya Jadi Tau , Kenapa FB Di Haramkan .... | Hu uh
Thx Ya Tas Infonya
Postingan yang menarik tentang Facebook.
BalasHapusFacebook saat ini memang fenomenal. Semua kalangan mengakses Facebook. Bahkan ibu saya dan anggota arisannya juga mengakes Facebook.
Tentang haramnya Facebook semua itu tergantung niatnya kok. Facebook juga banyak manfaatnya seperti menambah silahturahmi, dll
http://cinema-bioskop.blogspot.com
Kamu dapet AWARD dari aku. Mohon diterima ya... :)
BalasHapus